Obama Tidak Lagi Berdasi Merah



Di awal masa jabatannya yang pertama sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Hussein Obama sangat optimistis bahwa pihak oposisinya, Partai Republik, akan bekerjasama untuk memulihkan perekonomian terbesar di dunia itu.
“Saya adalah orang yang selalu optimistis,” kata Obama, yang mengenakan dasi merah pada 9 Februari 2009 di Ruang Timur Gedung Putih dalam konferensi pers perdana sebagai presiden AS, seperti dikutip Bloomberg.
Kini, dalam konferensi pers terakhir untuk masa jabatan pertamanya di lokasi yang sama, Obama mengenakan dasi biru, yang merupakan warna Partai Demokrat yang mengusungnya. Kali ini, dia menyampaikan ultimatum kepada lawan politiknya.
“Republikan di Kongres hanya punya dua pilihan; Mereka bisa bertanggung jawab dan membayarkan utang Amerika atau mereka tidak bertanggung jawab dan membiarkan Amerika memasuki krisis ekonomi lagi,” kata Obama pada 14 Januari 2012.
Menurut Obama, agenda pemulihan ekonomi terancam oleh sikap kader Republik terkait pagu utang. Memasuki 2013, total utang AS telah melampaui pagu yang ditetapkan pada 2011, yakni US$16 triliun.
Gedung Putih, Departemen Keuangan AS, dan Federal Reserve (the Fed) mendesak kenaikan pagu utang, sedangkan anggota Kongres dari Republik mensyaratkan pemangkasan tunjangan sosial untuk menyetujui usulan pemerintah.
Obama menyatakan tidak ada tawar menawar terkait rencana kenaikan pagu utang, apalagi sampai mengorbankan tunjangan sosial. “Tidak ada pilihan untuk mengumpulkan uang tebusan demi menyelamatkan ekonomi Amerika,” katanya.
“Kini dia bertempur lebih keras dengan pemahaman bahwa oposisi tidak mungkin bisa dirangkul hanya dengan duduk bersama dan menggunakan nalar,” kata John Podesta, mantan kepala staf Bill Clinton, mantan presiden AS, seperti dikutip Bloomberg.
Pada awal masa jabatannya, Obama mengaku yakin dapat merangkul Republik dengan sikap yang sopan dan argumen yang rasional. Namun, kini, menurut Podesta, Obama dapat bersikap lebih frontal karena dia tidak perlu memikirkan agenda pemilu presiden lagi.
Namun, mengapa sikap Obama terhadap lawan politiknya bisa berbeda 180 derajat hanya dalam 4 tahun? Untuk mengetahuinya, mari kita lihat sepak terjang Obama dalam kebijakan ekonomi AS selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden.

Stimulus ekonomi yang populis
Di awal masa jabatannya, presiden AS pertama yang berdarah Afro-Amerika ini harus menghadapi resesi dan krisis finansial. Obama menanggapinya dengan melancarkan berbagai undang-undang (UU) stimulus ekonomi.
Obama menandatangani UU Pemulihan dan Re-investasi Amerika pada 2009, yang merupakan paket stimulus ekonomi sebesar US$787 miliar untuk mengatasi krisis finansial yang dipicu oleh bubble pasar perumahan dan default sekuritisasi berbasis hipotek pada 2008.
Krisis tersebut semakin menekan perekonomian AS yang telah resesi sejak 2007. Untuk mendorong kegiatan ekonomi, Obama memperpanjang kebijakan keringanan pajak warisan pemerintahan mantan Presiden George W. Bush.
Dia menandatangani UU Keringanan Pajak, Re-otorisasi Asuransi Pengangguran, dan Penciptaan Lapangan Kerja pada 2010, yang memperpanjang masa berlaku UU pemotongan pajak tersebut hingga 31 Desember 2012 dan melanjutkan tunjangan pengangguran.
Masih pada 2010, Obama juga berhasil meloloskan UU Perlindungan Pasien dan Perawatan Terjangkau, yakni kebijakan reformasi tunjangan perawatan kesehatan bagi kaum lansia dan tidak mampu.
Terbukti, berbagai kebijakan yang populis ini berhasil mengangkat perekonomian yang berkontribusi hingga 20% terhadap perekonomian dunia ini dari kubangan resesi pada 2010. Namun, stimulus besar-besaran tersebut semakin membebani fiskal negara.
Pada 2011, pemerintah kembali mengusulkan kenaikan pagu utang dari US$14 triliun menjadi US$16 triliun. Hasil kesepakatan dengan Kongres menyebutkan bahwa pemerintah harus melakukan pemangkasan anggaran sejak 1 Januari 2013.
Maka, 2013 merupakan tahun yang berat bagi AS karena pemangkasan anggaran akan dimulai dan masa berlaku pemotongan pajak akan berakhir, sehingga fiskal AS diperkirakan akan mengalami pengetatan hingga US$600 miliar.
Badan Anggaran Kongres AS memperkirakan pengetatan fiskal secara serentak ini mampu menekan perekonomian AS hingga kembali resesi. Pada Februari 2012, Gubernur the Fed Ben S. Bernanke menggambarkan kondisi fiskal tersebut dengan istilah fiscal cliff.
Defisit anggaran AS yang mendekati 10% dan total utang yang melampaui 100%, masing-masing terhadap produk domestik bruto (PDB), membuat pemerintah dan parlemen dilematis. Apakah AS akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi atau fiskal?
Negosiasi fiskal 2013 antara kedua pihak pun berlangsung alot dalam 17 bulan. Bahkan, hingga malam tahun baru 2013, hubungan antara Gedung Putih dan the House of Representative (the House) semakin memanas.
Kesepakatan antara Wakil Presiden AS Joe Biden dengan Senat pada hari Tahun Baru 2013 menyelamatkan AS dari resesi akibat fiscal cliff dengan membiarkan masa berlaku UU pemotongan pajak berakhir hanya bagi orang kaya dan menunda pemangkasan anggaran.
Namun, kesepakatan yang disetujui the House dan ditandatangani oleh Obama itu mengorbankan fiskal. Dalam 3 bulan, saat Departemen Keuangan kehabisan cara untuk mendanai defisit anggaran, AS harus menaikkan pagu utangnya.

Tantangan ekonomi di masa jabatan yang kedua
Obama dilantik pada Minggu (20/1) waktu setempat di Washington untuk masa jabatannya yang kedua sebagai presiden AS, setelah terpilih kembali dan mengalahkan kandidat penantang dari Partai Republik, yakni Mitt Romney, dalam pemilu pada November 2012.
Pada awal masa jabatan keduanya, Obama akan kembali menghadapi Kongres, terutama the House yang didominasi Republik, untuk membahas kenaikan pagu utang dan pemangkasan anggaran, yang ditunda hingga Maret 2013.
Dalam masa jabatan pertamanya, Obama terbukti berhasil mengangkat AS dari resesi. Tingkat pengangguran yang sempat memuncak hingga 10% pada Oktober 2009, perlahan surut hingga 7,7% pada November 2012.
Bank Dunia memprediksi PDB AS akan tumbuh 1,9% untuk 2013, sedangkan estimasi nilai tengah para ekonom yang disurvei Bloomberg untuk tingkat pengangguran AS adalah tetap atau di atas 7% hingga 2014.
Mari kita nantikan, kebijakan-kebijakan ekonomi apa lagi yang akan diambil Obama dalam 4 tahun kedepan dan bagaimana dia menghadapi lawan-lawan politiknya. Selama bekerja Mr. Obama.

Komentar

Postingan Populer