Pemilu 2014 bukan hambatan investasi
Komite Bilateral Indonesia-Amerika Serikat Kamar
Dagang dan Industri (Kikas-Kadin) berharap pemilihan umum (pemilu) presiden
Indonesia pada 2014 tidak menjadi sentimen negatif bagi investor Amerika
Serikat (AS).
Ketua Komite Bilateral Indonesia-AS John Riady mengatakan
saat ini tidak banyak negara yang lebih baik dari Indonesia untuk menjadi
tujuan investasi, terutama dari perusahaan-perusahaan AS.
“Di dunia yang pertumbuhan ekonominya rendah, tingkat
pertumbuhan Indonesia bagus, yakni 6,5%,” kata John dalam acara Outlook of
U.S Overseas Business in Asia Pacific in the Obama’s Second Term di Jakarta
pada Rabu (23/1).
John mengakui pemilu 2014 akan menjadi isu bagi iklim investasi
karena manuver politik yang muncul, tapi dia yakin pelaku bisnis AS ‘yang
cerdas’ mampu memilah antara kegaduhan politik dengan fundamental ekonomi.
“Kalaupun pemilu 2014 menjadi sentimen negatif yang
berujung kepada penurunan minat investasi, saya rasa itulah kesempatan bagi
investor untuk masuk dan membeli,” sambung cucu Pendiri Grup Lippo Mochtar
Riady itu.
Adapun Arifin Siregar, Co-chair Komunitas
AS-Indonesia (USINDO), mengatakan sejauh ini pemerintah telah berhasil
memulihkan kondisi makro-ekonomi, terlihat dari tingkat pertumbuhan yang tinggi
di tengah perlambatan global dan tingkat inflasi yang masih terjaga.
“Namun, jika anda melihat dari sisi infrastruktur,
kemudahan bisnis, serta efisiensi dan efektivitas pemerintahan, maka masih
banyak pekerjaan rumah pemerintah,” jelas mantan Menteri Perdagangan dan Bank
Gubernur Indonesia itu pada kesempatan yang sama.
Arifin menambahkan kondisi politik tidak selamanya
mempengaruhi perekonomian. “Contohnya Thailand yang perpolitikannya diwarnai
dengan kudeta dan kisruh, tapi ekonominya bagus-bagus saja,” ujarnya.
Menurut Direktur Pelaksana Kamar Dagang Amerika di
Indonesia Andrew White, sekarang adalah momentum bagi Indonesia untuk mulai
menggenjot pembangunan infrastruktur, memudahkan izin investasi, dan
meningkatkan kepastian hukum.
“Indonesia sangat atraktif untuk investasi saat ini,
tidak ada yang meragukan hal itu. Namun, perusahaan-perusahaan AS masih
mengkhawatirkan kemudahan berbisnis di Indonesia,” kata White kepada Bisnis
di sela-sela acara tersebut.
Menurutnya, sejauh ini pemerintah Indonesia telah
berupaya untuk memfasilitasi bisnis dan investasi asing di dalam negeri. “Tentu
upaya ini membutuhkan waktu, tapi jika isu itu teratasi, akan ada banyak uang
yang akan masuk,” ujar White.
White juga mengakui inisiatif pemerintah Indonesia untuk
membenahi infrastrukturnya, terlihat dari ditetapkannya konektivitas sebagai
tema utama dari Konferensi Tingkat Tinggi Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC)
di Bali pada tahun ini.
Selain itu, pemerintah merangkum semua rencana
pembangunan infrastrukturnya dalam proyek Masterplan Percepatan Pembangunan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI), yang juga akan ditawarkan ke
negara-negara lain dalam APEC 2013.
“MP3EI adalah ide bagus karena orang-orang jadi mudah mengingatnya,
membicarakannya, dan mencari solusi untuk kerjasama pemerintah dan swasta dalam
memperbaiki jalan, energi, dan pelabuhan. Jadi semua sudah berada di jalur yang
benar,” ujarnya.
*Karena Bisnis Indonesia dan bisnis.com gak ada yang mau naikin ya udah saya taro di mari
Komentar
Posting Komentar